Taman Bacaan Masyarakat

Posted by Ruswadi on 07.24

"Ini pak, silahkan menikmati bacaan yang saya bawa ini. Tak perlu beli. Baca buku-buku saya ini, gratis kok," ucap Kiswanti sebelum ia meramu jamu pesanan sambil menyodorkan beberapa buku kepada pembeli jamunya. Profesinya sebagai penjual jamu, tak menghalangi semangatnya. Ia adalah salah satu pengelola taman bacaan masyarakat yang tak ragu terjun tanpa pamrih menggempur buta aksara dan membangun minat baca di daerahnya.

Membangun minat baca di negara ini masih perlu kerja keras. Pasalnya, Indonesia masih punya target pemberantasan buta aksara yang cukup tinggi. Tahun 2000 lalu, angka buta aksara masih 15,4 juta orang. Kini, masih ada 12,7 juta warga usia 15 tahun ke atas yang belum melek huruf. Pemerintah menargetkan pada tahun 2009 nanti angka buta huruf ini akan berkurang hingga sekitar 7,7 juta orang. Jumlah target ini tidak sedikit. Tak cuma dari pihak pemerintah yang giat menggempurnya. Tetapi juga dari lini yang paling bawah, yakni masyarakat. Keterlibatan mereka secara langsung adalah membangun minat baca masyarakat melalui kegiatan riil.
Seperti yang dilakukan Kiswanti, seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun, di Kampung Saja Lebakwangi, Kecamatan Pemagarsari, Parung-Bogor, Jawa Barat. Profesinya sebagai tukang jamu, tak pernah mengalahkan kekuatan hatinya untuk menularkan minat baca yang dimiliki dirinya kepada orang-orang lain yang ada di sekitarnya. "Tak sedikit tetangga-tetangga yang belum melek aksara bisa banyak terbantu oleh Taman Bacaan dari kami," ungkap Kiswanti.


Istimewanya, Kiswanti yang lulusan sekolah dasar ini telah punya Taman Bacaan sejak tahun 1994. Taman Bacaannya dikenal dengan nama WARABAL (Warung Baca Lebakwangi). Kini koleksi bukunya telah lebih dari 2.000 eksemplar dan melampaui 700 judul buku. Buku-buku ini diperolehnya dari buku-buku bekas koleksi pribadi dan sumbangan-sumbangan para donator pribadi yang peduli pada Taman Bacaannya. Kiswanti adalah salah satu profil yang juga ikut terlibat sebagai pembicara dalam acara Training Of Trainer (TOT) DIKLAT Teknis Taman Bacaan Masyarakat yang digelar di Hotel Mahadria, Serang-Banten, pada penghujung Mei 2007 lalu.


Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan salah satu program riil dari Direktorat Pembinaan Budaya Baca, Direktorat Jenderal Pendidikan Luas Sekolah (PLS), Depdiknas. Taman Bacaan Masyarakat juga menjadi sarana pendukung yang cukup efektif dalam pemberantasan buta aksara. Ini dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan nonformal bagi masyarakat. Sejak tahun 1990-an, Taman Bacaan Masyarakat telah banyak didirikan. "Sampai kini, ada sekitar 5000 Taman Bacaan Masyarakat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia", tutur Ir. H. Zulkarnaen, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat.


Melihat jumlah sebanyak ini, perlu adanya pembinaan dan pengelolaan yang memadai. Kini mulai dibentuk kerjasama antar Direktorat Jenderal Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal (PTK PNF) dan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas RI untuk tingkatkan mutu pengelolaan dan mutu pelayanan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Kegiatan Training Of Trainer (TOT) DIKLAT Teknis Taman Bacaan Masyarakat yang dilaksanakan sejak tanggal 27 s/d 31 Mei 2007 lalu di Serang-Banten, mengundang 40 orang peserta diklat. Mereka adalah para pengelola TBM terpilih yang datang dari seluruh Indonesia.


Disebut sebagai peserta terpilih, karena Direktorat Jenderal PLS telah menetapkan beberapa kriteria peserta (TOT) Diklat TBM, yaitu berstatus sebagai pengelola TBM, berusia maksimal 45 tahun, serta punya pengalaman melatih atau membimbing pengelolaan TBM lain. Profesi mereka pun aneka ragam. Dari mulai penjual jamu, guru SD, pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sampai pada profesi wartawan.


"Kuota 40 orang ini, memang datang dari 33 provinsi. Namun untuk beberapa daerah yang angka buta aksaranya cukup tinggi, kami buka kesempatan untuk dua orang peserta terpilih," ungkap Sumanto M.Pd, Kepala subdit Tenaga Pendidik, Direktorat PTK-PNF selaku ketua panitia acara diklat.


Training of Trainer (TOT) Diklat Teknis TBM yang pertama kalinya diselenggarakan Direktorat PTK-PNF ini, diisi dengan materi-materi hasil rembug bersama antara Ditjen PLS dan Direktorat PTK-PNF. Diantaranya tentang beberapa kebijakan dari bidang Pengembangan Budaya Baca, hakekat TBM dan Keaksaraan, serta manajemen TBM termasuk di dalamnya tentang pengelolaan, monitoring, evaluasi dan pengembangan jasa layanan TBM.


Para pematerinya datang dari berbagai kalangan. Mulai dari Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal, Direktur Pendidikan Masyarakat, Kasubdit Budaya Baca, Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM), pihak pengelola Perpustakaan Diknas, dan beberapa pengelola TBM yang telah mendapatkan penghargaan tingkat provinsi dan dinilai terbaik oleh FTBM.


Setelah para peserta mengikuti Diklat Teknis Taman Bacaan Masyarakat ini, diharapkan nantinya mereka dapat menjadi trainer/pelatih untuk kebutuhan peningkatan mutu pengelola dan pengelolaan TBM di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. "Dengan mencetak para trainer ini, kami harapkan TBM di daerah-daerah dapat ditingkatkan mutunya. Dan dengan sendirinya, program pemberantasan buta aksara bisa berjalan lebih lancar," ucap Sumanto M.Pd.


Sumber :www.jugaguru.com