tag:blogger.com,1999:blog-88484089676584533772024-02-07T02:23:09.234-08:00Tangerang selatanMedia Informasi Pendidikan Non FormalRuswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-89251753275682373242010-06-13T08:57:00.001-07:002010-06-13T08:57:31.661-07:00Profil PTK-PNFI<span class="drop-cap"></span><br /> Visi, Misi, dan Tujuan<br /><br />Visi<br />Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal yang Profesional dan Bermartabat<br /><br />Misi<br /><br /> 1. Memperluas akses dan pemerataan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal<br /> 2. Meningkatkan daya saing pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan nonformal;<br /> 3. Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang relevan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat<br /> 4. Mewujudkan institusi yang bersih, efektif, dan akuntabel dalam menyelenggarakan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal.<br /> 5. Mewujudkan penghargaan, kesejahteraan, dan perlindungan bagi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal<br /><br />Tujuan<br />Mengacu kepada rumusan visi dan misi di atas, maka ditetapkan tujuan sebagai berikut:<br /><br /> 1. Menyusun perencanaan dan strategi pemenuhan kebutuhan PTK-PNF secara terpadu.<br /> 2. Meningkatkan mutu pendidik PNF dalam rangka pencapaian standar kualifikasi dan kompetensi yang telah ditetapkan.<br /> 3. Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PNF dalam rangka pencapaian standar kualifikasi dan kompetensi yang telah ditetapkan.<br /> 4. Meningkatkan pemberian penghargaan, kesejahteraan dan perlindungan PTK-PNF yang berkeadilan.<br /> 5. Mengembangkan organisasi profesi PTK – PNF sehingga dapat mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas PTK-PNF.<br /> 6. Meningkatkan pelayanan PTK-PNF yang efektif dan efisien.Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-77156958870242082712010-06-13T08:55:00.001-07:002010-06-14T08:49:50.746-07:00PKBMPusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya.<br />Tujuan PKBM, memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Dalam upaya menyamakan persepsi dan menyelaraskan penyelenggaraan PKBM, dengan ide dasar PKBM sebagai pusat kegiatan pendidikan luar sekolah, PKBM yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kepentingan dan kemampuan masyarakat, maka perlu dikembangkan alat ukur kelayakan penyelenggaraan PKBM.<br /><br />sumber ://www.jugaguru.comRuswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-76849571901680220422010-06-13T08:09:00.000-07:002010-06-13T08:50:12.954-07:00Foto Kegiatan<a href="http://pict.com/"><img style="width: 272px; height: 190px;" src="http://img2.pict.com/76/5e/99/3654401/0/800/p1010649.jpg" /></a><a href="http://pict.com/"><img style="width: 275px; height: 188px;" src="http://img2.pict.com/2b/bb/ae/3654407/0/800/p1010737.jpg" /></a><br /><br /><br /><a href="http://pict.com/"><img style="width: 267px; height: 176px;" src="http://img2.pict.com/e8/26/85/3654422/0/800/p1010733.jpg" /></a><a href="http://pict.com/"><img style="width: 263px; height: 176px;" src="http://img2.pict.com/8a/4e/36/3654410/0/800/p1010786.jpg" /></a><br /><br /><br /><a href="http://pict.com/"><img style="width: 263px; height: 176px;" src="http://img2.pict.com/f3/4a/a6/3654417/0/800/p1010031.jpg" /></a><a href="http://pict.com/"><img style="width: 268px; height: 180px;" src="http://img2.pict.com/54/8a/b8/3654426/0/800/p1010289.jpg" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><a href="http://www.pict.com/"><img style="width: 255px; height: 176px;" src="http://img2.pict.com/f2/3a/f0/3654366/0/800/p1010140.jpg" /></a>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-4916202952589067262010-06-12T20:23:00.001-07:002010-06-14T09:02:54.053-07:00Pendirian LKP<div style="text-align: justify;">Menghadapi krisis global saat ini, Putri – seorang ibu rumah tangga yang cerdas, merasa perlu untuk berbuat sesuatu guna mendukung suaminya dalam mencari tambahan nafkah untuk keluarganya. Dia berharap dengan adanya tambahan income tersebut, dia bisa mewujudkan cita-citanya untuk memasukkan dua gadis kecilnya ke sekolah bermutu guna mencapai masa depannya nanti. Selama ini dia sudah mencari berbagai peluang melalui internet, mengenai bentuk usaha apa yang paling dan cukup tahan menghadapi krisis global ini.</div><div style="text-align: justify;">Setelah searching selama beberapa waktu, dan melakukan berbagai perbandingan, Putri menemukan bahwa bisnis pendidikan adalah yang paling ideal dalam masa krisis saat ini. Saat ini, sebagian orang berhemat dalam mengatur pengeluarannya, antara lain, mengurangi frekwensi makan di luar, frekwensi membeli pakaian, dan accessories. Tapi ada 1 hal yang tidak di hemat, yaitu: pendidikan! Setiap orang tua pasti akan berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak2 nya sebagai bekal bagi masa depan buah hatinya. Oleh karena itu, Putri akhirnya memutuskan untuk memulai bisnis di bidang pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berbekal keahliannya dalam bidang bahasa Jepang, Putri berminat untuk mendirikan kursus bahasa Jepang dengan metode khusus yang dia temukan berdasarkan pengalamannya dahulu waktu belajar bahasa Jepang tersebut. Metode tersebut dapat mempermudah seorang anak dalam mempelajari bahasa Jepang, berikut penulisan huruf-huruf kanji yang rumit.</div><div style="text-align: justify;">Ketika dia sudah membulatkan tekad untuk membuka kursus di bidang Bahasa Jepang, yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah: Bagaimana dia harus memulai? Bagaimana cara mengurus ijin2 untuk mendirikan kursus tersebut? Apakah dia akan membentuk usaha sendiri ataukah bersama-sama dengan seorang partner? Apakah bentuk usaha yang dia inginkan?</div><div style="text-align: justify;">Sebagai salah seorang sahabat nya, saya memberikan saran dan langkah-langkah yang harus dia ambil, dengan urut2an sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">I. Dia harus menentukan apakah dia akan berpartner dengan orang lain dalam membuka kursus tersebut, ataukah dia akan menjalankannya sendirian saja?</div><div style="text-align: justify;">Karena pada dasarnya, mendirikan lembaga pendidikan yang dikelola oleh swasta maupun negri, baik itu berupa Sekolah Tinggi, Sekolah kejuruan, balai pelatihan, maupun kursus-kursus, sama seperti mendirikan Badan Usaha atau Badan hukum lainnya, yaitu akan didirikan oleh perorangan saja, ataukah akan perpartner dengan membentuk CV, Yayasan maupun PT.</div><div style="text-align: justify;">Jika ingin ber solo karier, maka Putri tinggal mengajukan ijin untuk mendirikan kursus tersebut ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (depdikbud) atau lebih tepatnya lagi Dinas Pendidikan Menengah dan tinggi subdinas pendidikan luar sekolah (Dikmenti). Sedangkan jika ingin menggandeng partner kerja, maka Putri bisa membentuk PT, Yayasan atau CV. Cara pendiriannya sama dengan pendirian CV atau PT biasa, namun bedanya pengajuan ijin usahanya tidak pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) melainkan Dikmenti tersebut.</div><div style="text-align: justify;">Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dilaksanakan melalui 3 jalur, yaitu: jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. Salah satu satuan pendidikan non formal adalah penyelenggaraan kursus.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pasal 10 ayat 1 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 261/U/1999 tentang Penyelenggaraan Kursus, dinyatakan bahwa setiap penyelenggara kursus wajib memperoleh ijin dari instansi yang berwenang (dalam hal ini Depdiknas).</div><div style="text-align: justify;">Adapun syarat-syarat administrative yang harus dipenuhi baik untuk perorangan maupun badan usaha atau badan hukum adalah:</div><div style="text-align: justify;">1. Mengisi formulir yang telah disediakan di kantor suku dians Dikmenti kotamdya</div><div style="text-align: justify;">2. Melampirkan foto copy akta notaries bagi yang berbentuk yayasan</div><div style="text-align: justify;">3. Melampirkan foto copy KTP baik pemilik/penyelenggara, maupun penanggung jawab teknis edukatif.</div><div style="text-align: justify;">4. Melampirkan foto copy ijazah bagi pemilik/penyelenggara, penanggung jawab teknis edukatif maupun tenaga pendidik.</div><div style="text-align: justify;">5. Melampirkan Daftar Riawayat Hidup Pemilik/Penyelenggara dan penanggung jawab teknis edukatif</div><div style="text-align: justify;">6. Melampirkan surat keterangan kelakukan baik pemilik/penyelenggara dari Kepolisian.</div><div style="text-align: justify;">7. Melampirkan kurikulum jenis kursus yang bersangkutan</div><div style="text-align: justify;">8. Melampirkan tata tertib kursus</div><div style="text-align: justify;">9. Melampirkan denah/peta lokasi kursus</div><div style="text-align: justify;">10. Melampirkan pasfoto pemilik/penyelenggara dan penanggung Jawab Teknis Edukatif ukuran 4 X 6 masing-masing sebanyak 5 lembar</div><div style="text-align: justify;">11. Melampirkan Surat Rekomendasi dari DPC HIPKI</div><div style="text-align: justify;">12. Melampirkan materai Rp. 6.000 sebanyak 1 (satu) buah)</div><div style="text-align: justify;">13. Melampirkan surat keterangan domisili usaha dari kecamatan.</div><div style="text-align: justify;">Jadi, jika Putri memilih bentuk perorangan atas namanya sendiri, maka dia cukup membuat keterangan domisili usaha dan memenuhi syarat-syarat tersebut di atas. Tapi, jika Putri memilih untuk membentuk CV, Yayasan ataupun PT bersama seorang atau lebih teman2nya, maka dia harus melalui prosedur pendirian CV, Yayasan ataupun PT yang standar dulu, baru bisa mengajukan ijin2 tersebut.</div><div style="text-align: justify;">II. Prosedur Pendaftaran</div><div style="text-align: justify;">1. Untuk Memperoleh Status terdaftar, maka prosedur yang harus dilalui adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">a. Persyaratan administrative dibuat 5 rangkap dan masing-masing dimasukkan dalam map snelhekter</div><div style="text-align: justify;">b. Formulir yang telah diisi di tanda-tangani oleh pemohon berikut lampiran-lampirannya dibawa dan diserahkan ke Sudin Dikmenti kotamadya setempat dalam hal ini subdinas pendidikan luar sekolah</div><div style="text-align: justify;">c. Berkas permohonan tersebut kemudian diteliti oleh petugas pendaftaran pada seksi pendidikan luar sekolah suku dinas Dikmenti kotamadya</div><div style="text-align: justify;">d. Apabila sudah lengkap semua persyaratan yang harus dipenuhi, petugas pendaftaran segera membuat tanda terima berkas permohonan ijin kursus</div><div style="text-align: justify;">e. Berdasarkan permohonan dan kesepakatan antara pemohon dan petugas yang terdiri dari suatu team, akan melakukan survey lapangan untuk mengadakan studi kelayakan terhadap permohonan tersebut</div><div style="text-align: justify;">f. Permohonan yang memenuhi syarat baik secara teknis maupun administrative akan diberikan Surat Tanda Bukti Pendaftaran Kursus oleh Kepala Suku Dinas Dimenti Kotamadya setempat</div><div style="text-align: justify;">g. Tanda bukti pendaftaran kursus tersebut berlaku selama 6 (enam) bulan terhting sejak surat tersebut di tanda-tangani.</div><div style="text-align: justify;">2. Jenjang tipe kursus</div><div style="text-align: justify;">Setelah dipenuhinya prosedur awal, maka akan dilanjutkan dengan pemberian tipe kursus yang akan diberikan oleh Dikmenti, yaitu Tipe A, Tipe B dan TIpe C, dimana :</div><div style="text-align: justify;">-Ijin Tahap/type C berlaku 1 tahun, yang mana akan diterbitkan oleh Suku Dinas Dikmenti Kotamadya</div><div style="text-align: justify;">-Ijin Tahap/type B berlaku 2 -3 tahun, yang mana akan diterbitkan oleh DInas Dikmenti Propinsi</div><div style="text-align: justify;">-Ijin Tahap/type A berlaku 4 -5 tahun, yang mana akan diterbitkan oleh Dinas Dikmenti Propinsi</div><div style="text-align: justify;">Jadi, untuk memperoleh status ijin tersebut, maka pertama-tama harus memenuhi prosedur sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">a. Lembaga kursus Diklusemas yang telah memiliki tanda bukti pendaftaran kursus akan dimonitor secara terus menerus oleh Kepala seksi PLS</div><div style="text-align: justify;">b. Lembaga kursus Diklusemas yang telah melaksanakan kegiatan/program pembelajaran dengan baik sesuai dengan kententuan yang berlaku selama 6 bulan, kepala suku dinas kotamadya akan memberikan ijin yang berlaku selama 1 tahun dengan tipe C.</div><div style="text-align: justify;">III. Kemana dia harus mengajukan permohonan ijin-ijin tersebut?</div><div style="text-align: justify;">Pengajuan permohonan ijin pendirian kursus tersebut dilakukan berdasarkan lokasi tempat usaha dari kursus yang akan didirikan. Jika berbentuk PT, CV ataupun Yayasan, maka harus di ajukan di tempat kedudukan dari PT, CV ataupun Yayasan tersebut. Untuk wilayah DKI Jakarta, tempat pendaftaran ijin kursus tersebar di 5 (lima) wilayah kotamadya, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">Jakarta Pusat</div><div style="text-align: justify;">Suku Dinas Dimenti Kotamadya Jakarta Pusat, Jl. Salemba Raya No. 15</div><div style="text-align: justify;">Tlp (021) 392-6607, Fax: (021) 3923219</div><div style="text-align: justify;">Jakarta Barat</div><div style="text-align: justify;">Suku Dinas Dimenti Kotamadya JakartaBarat , Kompleks Perumahan KOPTI Jl. H. Aseni Semanan – Kalideres Fax: (021) 5407326</div><div style="text-align: justify;">Jakarta Utara</div><div style="text-align: justify;">Suku Dinas Dimenti Kotamadya Jakarta Utara, Jl. Bendungan Melayu Utara No. 22</div><div style="text-align: justify;">Tlp (021) 430-2364, Fax: (021) 4390570</div><div style="text-align: justify;">Jakarta Timur</div><div style="text-align: justify;">Suku Dinas Dimenti Kotamadya Jakarta Timur</div><div style="text-align: justify;">Jl. Sentra Primer Baru Blok B – Kantor Walikota Jakarta Timur</div><div style="text-align: justify;">Tlp (021) 4802053/54, Fax: (021) 4802072</div><div style="text-align: justify;">Jakarta Selatan</div><div style="text-align: justify;">Suku Dinas Dimenti Kotamadya Jakarta Selatan,</div><div style="text-align: justify;">Jl. Trunojoyo No. 1 Lantai VI</div><div style="text-align: justify;">Tlp/Fax: (021) 725-6847</div><div style="text-align: justify;">IV. Mengajukan Pendaftaran Merek, Hak Cipta atau Paten</div><div style="text-align: justify;">Karena Putri memiliki bentuk kursus dengan metode yang unik dan belum pernah diajarkan di Indonesia, maka saya menyarankan kepadanya untuk mengajukan pendaftaran Hak Cipta atas penemuan metode tersebut dan sekaligus juga mendaftarkan Merk atas hasil karya tersebut ke Direktorat Jendral HAKI Departemen Hukum dan HAM RI yang terletak di Jl. Daan Mogot – Tangerang.</div><div style="text-align: justify;">V. Bagaimana jika Putri akan membeli franchise pendidikan oleh lembaga-lembaga kursus yang sudah ada di Indonesia?</div><div style="text-align: justify;">Seperti halnya system franchise pada umumnya, maka Putri tinggal menghubungi lembaga yang menyediakan franchise tersebut. Pihak franchisor sudah memiliki syarat-syarat standard yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang akan membeli franchise mereka. Demikian pula mengenai prosedur pendirian lembaga kursus yang dijual secara franchise tersebut. Biasanya franchisor akan membantu para franchisee (pihak yang membeli lisensi atau ijin tersebut) untuk mendirikan kursus-kursus dimaksud.</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya, setelah mendengar penjelasan dari saya, Putri sudah mulai bisa menentukan bentuk kursus yang dia inginkan dan mulai mengajukan permohonan pendirian lembaga kursus atas namanya sendiri. Syukur Alhamdulillah,… sekarang kursus yang dia dirikan tidak hanya bisa membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, malah bisa sukses menjadi tulang punggung penghasilan keluarga. Saat ini dia sudah tertarik untuk dan mempelajari kemungkinan untuk menjual system pengajarannya tersebut dengan cara franchise.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">sumber:http://irmadevita.com/2009/pendirian-lembaga-pendidikan-non-formal-kursus</div>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-77653209689185894772010-06-12T20:14:00.000-07:002010-06-12T20:20:42.705-07:00Outbond Khusus Anak-anak<span class="drop-cap"></span><br />Sejumlah pendidikan anak usia dini (PAUD) di Jakarta dan Tangsel, mengadakan lomba outbond anak-anak, lomba yang diikuti oleh puluhan peserta tersebut untuk memupuk jiwa sportifitas dan memperkenalkan sejak dini tentang keberanian serta mengenal alam lebih jauh.<br /><br />Menurut Ni'matul Sa'adah, pembimbing dari PAUD Al-Itjihadul Islamyiah Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Tangsel mengatakan bawah acara seperti ini adalah untuk memupuk rasa berani dalam berpetualangan di alam, tak hanya itu, anak-anak didik untuk bersoledaritas dan kerja sama dengan tim.<br /><br />Sebelum melakukan traking di area outbond, para peserta sebelumnya diberikan pengarahan terlebih dahulu, pengarahan disini dilakukan agar para peserta tidak tegang, bentuk pengarahan pun berbeda dengan orang dewasa.<br /><br />" Disini para peserta diajak untuk bernyanyi riang dan senam kecil untuk meregangkan otot, biasanya instruktur lebih dari 3 orang dalam memberikan pengarahan terhadap para peserta outbond cilik tersebut," katanya.<br /><br />Setelah diberikan pengarahan satu-satu peserta diajak untuk menuju area traking, salah satunya dengan menaiki jaring tali menuju trak berikutnya, dengan dibantu instruktur peserta outbond cilik, anak-anak biasanya langsung berani menuju trak berikutnya.<br /><br />Saat yang mendebarkan adalah trak peluncuran diatas ketinggian 4 kaki, anak-anak biasanya ketakutan tak jarang para peserta outbond cilik tersebut nangis karena takut melihat kebawah area. Tapi banyak pula peserta berhasil melewati trak peluncuran.<br /><br />"Setelah selesai, anak-anak diajak untuk berenang untuk bersihkan badan dari bau kringat, lokasi masih satu area, " ungkapnya.<br /><br />Lokasi outbond khusus anak-anak sendiri berada di Kampung Sawah, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Satu anak dikenakan biaya Rp50 ribu. (Afz/JJ)<br /><br />Sumber: http://berita8.com - 4 April 2010Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-50338775232786578432010-06-12T20:09:00.000-07:002010-06-12T20:22:55.904-07:00TBM di TangselPakujaya, TAPOS, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali diresmikan, kemarin. TBM ketiga ini berlokasi di Perumahan Pakujaya, Blok A 18 No 15 Kelurahan Pakujaya, Serpong Utara. Rencananya, semua TBM di Tangsel akan difasilitasi komputer dan internet.<br />TBM yang diberi nama Taman Bacaan Widya Jaya ini diresmikan langsung oleh Dewan Pemina Komunitas Pembaca Buku Kota Tangsel Airin Rachmi Diany. “Untuk tahap awal ini, saya targetkan satu kecamatan memiliki satu taman baca. Yang sekarang baru diresmikan meruapakan tempat yang ketiga setelah Pamulang dan Serpong,” ungkap Airin.<br />Airin berharap, taman baca yang disediakan tersebut bisa memacu motivasi warga sekitar terutama pelajar dari tingkat SD-SMU untuk minat akan baca.<br />“Di TBM ini menyediakan 298 koleksi buku untuk semua umur,” ungkapnya.<br />Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Non Formal Indonesia (PNFI) Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Tangsel, Didi Sutisna juga berharap dengan adanya taman bacaan seperti itu bisa terus dimanfaatkan warga untuk mencintai buku. Sebab buku merupakan sumber segala ilmu pengetahuan.<br /><br />Apalagi, sambungnya, Tangsel memiliki cita-cita luhur menjadikan kota ini sebagai kota pendidikan. Hal ini dapat terwujud nantinya, jika warga masyarakat serta pelajarnya mulai mencintai buku.<br /><br />“Saya yakin, karena sekarang ini saja kita memiliki sejumlah perguruan tinggi seperti Universtias Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Ciputat serta Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), di samping itu, buku merupakan jendela dunia, tandasnya.<br /><br />Sedangkan Ketua Komunitas Siar Masyarakat Gemar Membaca (Magma) Kota Tangsel, Herlina Mustikasari mengatakan, tujuan diabngun taman bacaan ini untuk memotivasi masyarakat untuk menggali pengetahuan lewat buku.<br /><br /><span style="font-style:italic;">sumber:http://info-airin.com/berita/saung-pintar-airin/427-tbm-di-tangsel-bakal-dilengkapi-internet.html</span>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-62457077096236909782010-06-12T20:06:00.000-07:002010-06-12T20:39:59.574-07:00Lulusan PKBM<span class="drop-cap"></span><br /> <br />PAMULANG,TO- Kepala Bidang Pendidikan Non Formal In Formal (PNFI) Kota Tangerang Selatan Didi Sutisna menyayangkan sikap perusahaan dan industri yang belum melirik dan masih memandang sebelah mata lulusan dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).<br /><br />“Banyak industri yang belum dan memandang sebelah mata pada masyrakat yang lulusannya bukan dari pendidikan formal, "katanya.<br /><br />Padahal lanjut Didi tidak ada jaminan jika mereka yang lulusan formal bakal lebih baik dari mereka yang mengikuti pendidikan non-formal. Stigma yang terbangun dalam masyarakat, pendidikan di PKBM asal-asalan, karena kebanyakan siswanya berasal dari kelas pekerja.<br />Dan sejauh ini di Kota Tangsel, jumlah PKBM yang sudah terdata ada 11. Semuanya dikelola oleh pihak swasta dan diawasi oleh Dinas Pendidikan. Untuk tahun 2010, total siswa putus sekolah yang melanjutkan pendidikan kejar paket A, B dan C di PKBM ada 800 siswa. Rata-rata, mereka mengikuti kejar paket B dan C.<br /><br />Sedangkan, mereka yang mengikuti sekolah rumah atau homeschooling dan akan mengikuti ujian kesetaraan kejar paket A, B dan C berjumlah 300 orang. Adapun total siswa terlantar di Kota Tangsel masih belum bisa diketahui, karena masih harus menunggu program sensus Badan Pusat Statistik (BPS), pada Mei yang akan datang. (cha)<br /><br /><span style="font-style:italic;">sumber://http://tangerangonline.com.4004.masterweb.net/berita/pendidikan/2010/04/06/lulusan_pkbm_belum_dilirik_industri</span>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-67702769877572190152010-06-12T20:03:00.000-07:002010-06-12T20:05:00.340-07:00Home Schooling<span class="drop-cap"></span><br />Beberapa hari yang lalu, pak Budi Trikorayanto, ketua Komunitas HS Pelangi menulis di wall Facebook Lala, mengundang kami untuk hadir pada tryout Ujian Nasional SekolahRumah (UNSR) 2010.<br /><br />Sebelumnya kami sudah pernah mendengar tentang UNSR ini, tapi tidak pernah mendapatkan detil informasi apa sebenarnya UNSR 2010. Jadi, kami memutuskan untuk datang pada acara seminar dan tryout yang berlangsung hari ini, Rabu 14/4/2010, di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Here we come. Kami -lengkap sekeluarga- datang bersama memenuhi undangan pak Budi.<br /><br />Sesampai di lokasi, saya bertemu bu Yayah Komariah (ketua Komunitas Berkemas) yang sudah lama sekali tak bertemu. Beliau adalah salah seorang panitia UNSR 2010. Dari bu Yayah, saya mendapatkan gambaran mengenai kegiatan ini.<br /><br />**<br /><br />Jadi, menurut ceritabu Yayah, di daerah Tangerang ada seorang pejabat Diknas, Kepala PNFI (pendidikan non formal dan informal) kota Tangerang Selatan, bernama pak Didi. Beliau sangat membuka diri terhadap homeschooling dan bersedia memfasilitas kegiatan-kegiatan homeschooling. Berkat usaha pak Budi yang membawa bendera Asah Pena Tangerang, Diknas Tangerang Selatan setuju dan mengizinkan Ujian Kesetaraan khusus untuk anak-anak homeschooling. Itulah yang disebut UNSR 2010.<br /><br />Inisiatif ini adalah sebuah kemajuan. Sebab, biasanya ujian kesetaraan itu digabung antara anak-anak homeschooling dengan peserta PKBM yang usianya sudah relatif banyak (rata-rata sudah bekerja). Dan proses ujiannya seringkali “tahu-sama-tahu” karena peserta ujian kesetaraan dari PKBM yang sudah bekerja itu biasanya mengejar ijazah (kelulusan) untuk meningkatkan jenjang karirnya. Sementara itu, anak-anak HS mengikuti ujian sebagai alat evaluasi proses belajar (selain tentu saja untuk mendapatkan ijazah kelulusan buat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi).<br /><br />Yang menarik juga dari UNSR 2010, ujian kali ini membuka peluang untuk dilakukan secara online. Ada siswa yang ujian di Batam, Yogya, Malang, Jember. Ini tentu saja adalah sebuah terobosan dari Diknas Tangerang Selatan, yang berani menginisiatifkan hal ini. Dalam penjelasan pak Didi, proses UNSR dan ujian online ini sudah dikonsultasikan dan mendapat restu dari Instansi Diknas yang lebih tinggi (provinsi & pusat).<br /><br />Total peserta UNSR 2010 ini adalah 327.<br /><br />**<br /><br />Ketika masih di rumah, ada beberapa pertanyaan yang ada di benak saya mengenai UNSR ini, terutama pada aspek legalitasnya. Ujian ini mengacu ke mana karena di dalam UU Sisdiknas, hanya dikenal dua jenis ujian, yaitu untuk jalur pendidikan formal (sekolah) dan ujian kesetaraan. Tak ada ujian informal atau ujian khusus untuk anak-anak homeschooling.<br /><br />Apa hubungannya UNSR ini dengan Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh sekolah karena sama-sama menggunakan istilah ujian nasional? Apakah UNSR ini berskala nasional? Apakah ujian ini akan diwajibkan untuk anak-anak HS sebagaimana UN diwajibkan untuk anak-anak sekolah?<br /><br />Dari penjelasan bu Yayah bahwa UNSR ini adalah Ujian Kesetaraan, pertanyaan saya mengenai legalitas terjawab. Terobosan utamanya terletak pada ujian yang dipisahkan antara anak-anak HS. Tetapi struktur legalitasnya tetap mengacu pada ujian persamaan.<br /><br />Dari perbincangan dengan pak Budi, saya mendapat penjelasan bahwa kewenangan penyelenggaraan Ujian Kesetaraan berada di tingkat Diknas Kota. Dan UNSR ini semuanya menginduk pada Diknas kota Tangerang Selatan. Jadi, saya mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya skala ujian ini adalah lokal, bukan nasional.<br /><br />**<br /><br />Untuk terselenggaranya ujian khusus anak-anak homeschooling ini, saya menyampaikan apresiasi kepada pak Didi sebagai pejabat Diknas yang bersedia memfasilitas proses ujian ini dan juga pak Budi yang menginisiatifkan, serta teman-teman Komunitas HS yang menjadi panitia ujian ini. Secara pribadi, saya masih berharap mudah-mudahan keterbukaan dari Diknas itu tak hanya terjadi di Tangerang Selatan, tetapi juga di kota-kota lain; demikian juga kemudahan menjalani ujian-ujian bagi HS.<br /><br />Sebagai catatan kecil atas ujian ini dan berdasarkan substansi kegiatan yang dilaksanakan, menurut saya mungkin nama yang lebih tepat untuk ujian ini adalah Ujian Kesetaraan Sekolah Rumah (UKSR). Saya kira secara legal dan bahasa, istilah UKSR lebih sesuai dan tidak menimbulkan kerancuan.<br /><br />Tak perlu ada kata-kata nasional karena ujian ini bersifat lokal (walaupun pesertanya bisa dari berbagai kota). Pemakaian istilah ujian kesetaraan juga menegaskan posisi legalitasnya, disamping menghindari adanya kekhawatiran bahwa posisi ujian ini akan diberlakukan seperti ujian nasional yang ada di sekolah formal.<br /><br />**<br /><br />Pada saat yang sama, hari ini saya mendapat kejutan karena saya ditarik mas Abi (Komunitas Semut) bersama pak Budi dan kemudian didudukkan di kursi pembicara yang ada di depan bersama pak Didi (Diknas Tangerang Selatan) dan pak Jimmy Paat (Sekolah Tanpa Batas).<br /><br />Dari posisi sebagai tamu, tiba-tiba saya berubah menjadi salah seorang narasumber yang berbicara di depan. Jadilah saya kemudian ikut sharing bersama orangtua HS dan pengelola Komunitas HS yang sedang menunggu anak-anak yang menjalani ujian tryout.<br /><br />Salah satu poin dari pak Jimmy Paat yang menarik buat saya adalah pernyataan beliau bahwa pendidikan alternatif harus membuat ciri khusus, yang membedakan dengan sekolah. Kalau ternyata sama saja dengan sekolah, itu namanya bukan pendidikan alternatif, hanya berubah bentuk/institusi saja.<br /><br />Saya setuju. Kekhususan, keberbedaan bukanlah cela, tetapi justru menjadi penanda dari sebuah alternatif. Perbedaan materi yang dipelajari, perbedaan kurikulum, perbedaan cara belajar adalah sebagian dari ciri alternatif itu. Dan saya melihat, secara filosofi HS/HE memang memiliki peluang untuk menjadi alternatif.<br /><br />Tetapi semuanya tentu kembali pada praktisi HS/HE. Apakah mereka akan meniru sekolah formal dengan sedikit modifikasi, atau mereka berani mengambil bentuk-bentuk lain yang lebih radikal dan tidak konvensional. Mungkinkah akan ada HS ala pebisnis, HS ala penulis, HS ala pemusik, HS ala fotografer, HS ala programmer, HS ala crafter, HS ala traveller, atau model-model HS yang berciri khusus lainnya?<br /><br />Apakah HS akan menjadi model pendidikan alternatif? Atau HS menjadi sekedar bentuk lain dari sekolah?<br /><br />Itulah pertanyaan buat kita semua, para praktisi HS/HE.<br /><br /><span style="font-style:italic;">sumber :http://rumahinspirasi.com/homeschooling/ujian-nasional-sekolah-rumah-2010</span>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-72656450210512242002010-06-12T19:55:00.000-07:002010-06-12T19:57:11.582-07:00Berita Tangsel<span class="drop-cap"></span><br />Pembukaan Lomba Kreativitas Anak dan Guru TK Se-Tangerang Selatan<br /><br />Press Release<br /><br />Kamis, 15 April 2010<br />Di Gedung Widya Bhakti, Puspitek, Setu<br /><br />Penjabat Walikota Tangerang Selatan, Ir HM Shaleh, MT meminta agar siswa Taman Kanak-kanak (TK) di wilayah Tangerang Selatan dibekali dengan akidah. Dengan begitu, siswa TK akan memiliki akhlak yang baik dan menjadi penerus yang berprilaku dan bermoral terpuji. Hal tersebut diungkapkan Walikota saat membuka acara lomba kreativitas Anak dan Guru TK se-Tangerang Selatan, Kamis (15/4) di Gedung Widya Bhakti, Puspitek, Setu, Kota Tangerang Selatan. Walikota berharap, dengan digelarnya Lomba Kreativitas anak dan Guru ini, menjadikan siswa dan guru lebih kreatif dan mampu berinteraksi dan mengembangkan potensi dirinya. <br /><br />Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Drs. Dadang Sofyan, Msi dalam sambutannya mengatakan, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak diri dalam rangka menciptakan kreativitas. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk membentuk cara berpikir siswa dan membentuk moral yang positif. Kegiatan ini menurut Dadang akan dijadikan agenda rutin, sehingga terjalin komunikasi antara guru TK se-Tangsel untuk saling bertukar pengalaman dalam memberikan pendidikan kepada siswa TK<br /><br />Sementara pengamat pendidikan Kota Tangerang Selatan, Hj Airin Rachmi Diany berharap, kegiatan yang dilakukan ini dapat meningkatkan kualitas dunia pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan dengan tersedianya sarana dan prasara. Hal ini harus dibarengi dengan kualitas kurikulum di Kota Tangerang Selatan. Dengan begitu, kata Airin, Kota Tangerang Selatan dengan visi kota Pendidikan yang modern dan religious dapat tercapai.<br /><br /><span style="font-style:italic;">sumber :http://tangerangselatankota.go.id</span>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-62198649422722762142010-06-12T01:39:00.000-07:002010-06-12T01:43:53.845-07:00Filosofi Pendidikan<p style="text-align: justify;">Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal" title="Pendidikan formal">pendidikan formal</a>. Seperti kata <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mark_Twain" title="Mark Twain">Mark Twain</a>, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h2 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Pendidikan_di_Indonesia">Pendidikan di Indonesia</span></h2><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;" class="infobox sisterproject"> <div class="floatleft"><img alt="Wikisource" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4c/Wikisource-logo.svg/50px-Wikisource-logo.svg.png" width="50" height="52" /></div> <div style="margin-left: 60px;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikisource" title="Wikisource">Wikisource</a> memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan <i><b><a href="http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_20_Tahun_2003" class="extiw" title="s:Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003">UU No. 20 Tahun 2003</a></b></i></div> </div><div style="text-align: justify;"> </div><h3 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Jenjang_pendidikan">Jenjang pendidikan</span></h3><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Pendidikan_dasar">Pendidikan dasar</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_dasar" title="Pendidikan dasar">Pendidikan dasar</a> merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_menengah">Pendidikan menengah</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_tinggi">Pendidikan tinggi</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_tinggi" title="Pendidikan tinggi">Pendidikan tinggi</a> adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sarjana" title="Sarjana">sarjana</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Magister" title="Magister">magister</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Doktor" title="Doktor">doktor</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spesialis&action=edit&redlink=1" class="new" title="Spesialis (halaman belum tersedia)">spesialis</a> yang diselenggarakan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi" title="Perguruan tinggi">perguruan tinggi</a>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h3 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Jalur_pendidikan">Jalur pendidikan</span></h3><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_formal">Pendidikan formal</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal" title="Pendidikan formal">Pendidikan formal</a> merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_nonformal">Pendidikan nonformal</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b>Pendidikan nonformal</b> paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesjid" title="Mesjid" class="mw-redirect">mesjid</a> dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja" title="Gereja">gereja</a>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_informal">Pendidikan informal</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h3 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Jenis_pendidikan">Jenis pendidikan</span></h3><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_umum">Pendidikan umum</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar" title="Sekolah dasar">sekolah dasar</a> (SD), <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_pertama" title="Sekolah menengah pertama">sekolah menengah pertama</a> (SMP), dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_atas" title="Sekolah menengah atas">sekolah menengah atas</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/SMA" title="SMA" class="mw-redirect">SMA</a>).</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_kejuruan">Pendidikan kejuruan</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_kejuruan" title="Sekolah menengah kejuruan">sekolah menengah kejuruan</a> (SMK).<span class="editsection"><span style="font-weight: bold;"><br /></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="editsection"><span style="font-weight: bold;"></span></span><span style="font-weight: bold;" class="mw-headline" id="Pendidikan_akademik">Pendidikan akademik</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sarjana" title="Sarjana">sarjana</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pascasarjana" title="Pascasarjana" class="mw-redirect">pascasarjana</a> yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_profesi">Pendidikan profesi</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi" title="Profesi">profesi</a> atau menjadi seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Profesional" title="Profesional">profesional</a>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_vokasi">Pendidikan vokasi</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Diploma" title="Diploma">diploma</a> 4 setara dengan program <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sarjana" title="Sarjana">sarjana</a> (strata 1).</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_keagamaan">Pendidikan keagamaan</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">keagamaan</a> merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.</p><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pendidikan_khusus">Pendidikan khusus</span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sekolah_luar_biasa&action=edit&redlink=1" class="new" title="Sekolah luar biasa (halaman belum tersedia)">sekolah luar biasa</a>/SLB</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><span style="font-style: italic;">sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan</span>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-42568013252130226272010-06-11T07:24:00.000-07:002010-06-11T07:26:45.007-07:00Taman Bacaan Masyarakat<div align="justify">"Ini pak, silahkan menikmati bacaan yang saya bawa ini. Tak perlu beli. Baca buku-buku saya ini, gratis kok," ucap Kiswanti sebelum ia meramu jamu pesanan sambil menyodorkan beberapa buku kepada pembeli jamunya. Profesinya sebagai penjual jamu, tak menghalangi semangatnya. Ia adalah salah satu pengelola taman bacaan masyarakat yang tak ragu terjun tanpa pamrih menggempur buta aksara dan membangun minat baca di daerahnya. </div><p align="justify">Membangun minat baca di negara ini masih perlu kerja keras. Pasalnya, Indonesia masih punya target pemberantasan buta aksara yang cukup tinggi. Tahun 2000 lalu, angka buta aksara masih 15,4 juta orang. Kini, masih ada 12,7 juta warga usia 15 tahun ke atas yang belum melek huruf. Pemerintah menargetkan pada tahun 2009 nanti angka buta huruf ini akan berkurang hingga sekitar 7,7 juta orang. Jumlah target ini tidak sedikit. Tak cuma dari pihak pemerintah yang giat menggempurnya. Tetapi juga dari lini yang paling bawah, yakni masyarakat. Keterlibatan mereka secara langsung adalah membangun minat baca masyarakat melalui kegiatan riil.<br />Seperti yang dilakukan Kiswanti, seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun, di Kampung Saja Lebakwangi, Kecamatan Pemagarsari, Parung-Bogor, Jawa Barat. Profesinya sebagai tukang jamu, tak pernah mengalahkan kekuatan hatinya untuk menularkan minat baca yang dimiliki dirinya kepada orang-orang lain yang ada di sekitarnya. "Tak sedikit tetangga-tetangga yang belum melek aksara bisa banyak terbantu oleh Taman Bacaan dari kami," ungkap Kiswanti. </p><p align="justify"><br />Istimewanya, Kiswanti yang lulusan sekolah dasar ini telah punya Taman Bacaan sejak tahun 1994. Taman Bacaannya dikenal dengan nama WARABAL (Warung Baca Lebakwangi). Kini koleksi bukunya telah lebih dari 2.000 eksemplar dan melampaui 700 judul buku. Buku-buku ini diperolehnya dari buku-buku bekas koleksi pribadi dan sumbangan-sumbangan para donator pribadi yang peduli pada Taman Bacaannya. Kiswanti adalah salah satu profil yang juga ikut terlibat sebagai pembicara dalam acara Training Of Trainer (TOT) DIKLAT Teknis Taman Bacaan Masyarakat yang digelar di Hotel Mahadria, Serang-Banten, pada penghujung Mei 2007 lalu. </p><p align="justify"><br />Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan salah satu program riil dari Direktorat Pembinaan Budaya Baca, Direktorat Jenderal Pendidikan Luas Sekolah (PLS), Depdiknas. Taman Bacaan Masyarakat juga menjadi sarana pendukung yang cukup efektif dalam pemberantasan buta aksara. Ini dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan nonformal bagi masyarakat. Sejak tahun 1990-an, Taman Bacaan Masyarakat telah banyak didirikan. "Sampai kini, ada sekitar 5000 Taman Bacaan Masyarakat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia", tutur Ir. H. Zulkarnaen, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat.</p><p align="justify"><br />Melihat jumlah sebanyak ini, perlu adanya pembinaan dan pengelolaan yang memadai. Kini mulai dibentuk kerjasama antar Direktorat Jenderal Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal (PTK PNF) dan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas RI untuk tingkatkan mutu pengelolaan dan mutu pelayanan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Kegiatan Training Of Trainer (TOT) DIKLAT Teknis Taman Bacaan Masyarakat yang dilaksanakan sejak tanggal 27 s/d 31 Mei 2007 lalu di Serang-Banten, mengundang 40 orang peserta diklat. Mereka adalah para pengelola TBM terpilih yang datang dari seluruh Indonesia. </p><p align="justify"><br />Disebut sebagai peserta terpilih, karena Direktorat Jenderal PLS telah menetapkan beberapa kriteria peserta (TOT) Diklat TBM, yaitu berstatus sebagai pengelola TBM, berusia maksimal 45 tahun, serta punya pengalaman melatih atau membimbing pengelolaan TBM lain. Profesi mereka pun aneka ragam. Dari mulai penjual jamu, guru SD, pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sampai pada profesi wartawan. </p><p align="justify"><br />"Kuota 40 orang ini, memang datang dari 33 provinsi. Namun untuk beberapa daerah yang angka buta aksaranya cukup tinggi, kami buka kesempatan untuk dua orang peserta terpilih," ungkap Sumanto M.Pd, Kepala subdit Tenaga Pendidik, Direktorat PTK-PNF selaku ketua panitia acara diklat. </p><p align="justify"><br />Training of Trainer (TOT) Diklat Teknis TBM yang pertama kalinya diselenggarakan Direktorat PTK-PNF ini, diisi dengan materi-materi hasil rembug bersama antara Ditjen PLS dan Direktorat PTK-PNF. Diantaranya tentang beberapa kebijakan dari bidang Pengembangan Budaya Baca, hakekat TBM dan Keaksaraan, serta manajemen TBM termasuk di dalamnya tentang pengelolaan, monitoring, evaluasi dan pengembangan jasa layanan TBM. </p><p align="justify"><br />Para pematerinya datang dari berbagai kalangan. Mulai dari Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal, Direktur Pendidikan Masyarakat, Kasubdit Budaya Baca, Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM), pihak pengelola Perpustakaan Diknas, dan beberapa pengelola TBM yang telah mendapatkan penghargaan tingkat provinsi dan dinilai terbaik oleh FTBM. </p><p align="justify"><br />Setelah para peserta mengikuti Diklat Teknis Taman Bacaan Masyarakat ini, diharapkan nantinya mereka dapat menjadi trainer/pelatih untuk kebutuhan peningkatan mutu pengelola dan pengelolaan TBM di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. "Dengan mencetak para trainer ini, kami harapkan TBM di daerah-daerah dapat ditingkatkan mutunya. Dan dengan sendirinya, program pemberantasan buta aksara bisa berjalan lebih lancar," ucap Sumanto M.Pd.<br /></p><p align="justify"><br /></p><p align="justify">Sumber :<a style="font-style: italic;" href="http://www.jugaguru.com">www.jugaguru.com</a><br /></p>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-75518807458190118162010-06-11T07:13:00.001-07:002010-06-13T09:03:53.146-07:00Sebuah jalan untuk mandiri“Apakah Anda siap untuk mandiri?" ika pertanyaan itu Anda lontarkan kepada siswa SMA ataupun mahasiswa perguruan tinggi yang baru saja lulus, sebagian besar dari mereka akan menjawab tidak. Lulusan SMA dan perguruan tinggi umumnya memilih bekerja untuk orang lain alias menjadi karyawan. Mereka tidak dididik untuk mandiri membuka usaha sendiri atau menciptakan lapangan pekerjaan. DI saat krisis moneter tahun 1997 menghempas perekonomian Indonesia, ternyata kerja-kerja sektor informal ataupun pekerjaan yang berbasis keterampilan tidak ikut terpuruk. Ketika usaha bermodal besar berjatuhan, usaha-usaha bermodal kecil ini justru hidup. Indonesia bisa bertahan hidup dari sektor usaha kecil menengah (UKM) ini.<br /><br />Orang pun menyerbu kursus-kursus praktis yang memberikan keterampilan kerja siap pakai, yang siap dijadikan sebagai modal kerja mandiri. "Ada lulusan IPB yang kebingungan mencari pekerjaan. Dia lalu ikut kursus menjahit selama tiga bulan. Sekarang dia sudah setengah konglomerat dari usaha menjahit," kata Direktur Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Departemen Pendidikan Nasional Ekodjatmiko Sukarso. Animo masyarakat terhadap pendidikan nonformal ini tidak bisa dibilang kecil. Sekarang ini di Indonesia tercatat ada 22.510 lembaga kursus dan pelatihan. Sementara itu, jumlah seluruh perguruan tinggi (PT) di Indonesia hanya sekitar 3.000. Sayangnya, tidak semua orang memiliki dana cukup untuk mengikuti kursus-kursus yang memberikan keterampilan khusus tersebut.<br /><br />Oleh karena itu, sejak tahun 1998 Direktorat Pendidikan Masyarakat mulai merintis pembentukan wadah kegiatan belajar yang diberi nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menyediakan pendidikan formal dan nonformal secara gratis bagi warga masyarakat kurang mampu. Masyarakat dapat memilih kegiatan berdasarkan dengan kebutuhan dan masalahnya. Kegiatan PKBM terbagi dalam tujuh jenis, yakni: pendidikan, di mana warga dapat mempelajari berbagai hal melalui berbagai sumber, seperti guru, pelatih, narasumber teknis, kursuskursus pelatihan, tetangga, teman, maupun dari tetangga desa melalui observasi atau kunjungan. Keterampilan kerja, di mana warga dapat meningkatkan kemampuan kerja mereka melalui pembelajaran dari tokoh masyarakat, narasumber teknis, berbagai media pendidikan, dan melalui kerja nyata di masyarakat. Kegiatan seperti ini memungkinkan warga meningkatkan tingkat pendapatannya yang sekaligus mendorong perbaikan terhadap landasan ekonomi masyarakat.<br /><br />Layanan informasi, di mana warga masyarakat dapat mengikuti kegiatan belajar sepanjang hayat kapan pun mereka inginkan. Kegiatan-kegiatan ini dapat meliputi membaca buku dati taman bacaan masyarakat (TBM), mengunjungi pameran, membaca majalah dinding, mendengarkan program radio, menyaksikan program televisi, atau mencari informasi dari Internet. Rekreasi, di mana warga dapat mengikuti beragam kegiatan permainan untuk meningkatkan daya pikir dan kesehatan badannya.<br /><br />Kegiatan ini meliputi latihan fisik, kompetisi olahraga, menari, menyanyi, drama, melukis, dan merangkai bunga. Semuanya di samping bertujuan menjalin kesatuan di antara warga masyarakat, juga dengan masyarakat tetangga. Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap pendidikan sepanjang hayat secara berkelanjutan melalui pemanfaatan pengetahuan yang telah ada di masyarakat dan sekaligus membuka kesempatan bagi setiap orang untuk menggagas, membuat keputusan, dan bertindak menuju tujuan akhir: pemberdayaan masyarakat. (sumber: Harian Kompas)Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-73157172167799000632010-06-11T07:07:00.001-07:002010-06-11T07:22:18.800-07:00PAUD<p><b>Pendidikan anak usia dini</b> (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_dasar" title="Pendidikan dasar">pendidikan dasar</a> yang merupakan suatu upaya <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembinaan&action=edit&redlink=1" class="new" title="Pembinaan (halaman belum tersedia)">pembinaan</a> yang ditujukan bagi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anak" title="Anak">anak</a> sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rangsangan_pendidikan&action=edit&redlink=1" class="new" title="Rangsangan pendidikan (halaman belum tersedia)">rangsangan pendidikan</a> untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jasmani&action=edit&redlink=1" class="new" title="Jasmani (halaman belum tersedia)">jasmani</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rohani" title="Rohani">rohani</a> agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.</p> <p>Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perkembangan_fisik&action=edit&redlink=1" class="new" title="Perkembangan fisik (halaman belum tersedia)">perkembangan fisik</a> (koordinasi motorik halus dan kasar), <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan" title="Kecerdasan">kecerdasan</a> (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sosio_emosional&action=edit&redlink=1" class="new" title="Sosio emosional (halaman belum tersedia)">sosio emosional</a> (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.</p> <p>Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:</p> <ul><li>Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.</li><li>Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.</li></ul> <p>Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.</p> <p>Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini</p> <ul><li>Infant (0-1 tahun)</li><li>Toddler (2-3 tahun)</li><li>Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)</li><li>Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)</li></ul><span style="font-style: italic;">sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini</span>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-21652765217512582052010-06-10T20:23:00.000-07:002010-06-10T20:28:24.980-07:00jurnal berita<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirxQG7ZFVJRnhPbJ5ZKCmgSiIY7f8TlYsSurDo1GTrd-j_rmJcLyUn5xctzHRR8uyfhIicpoglImiBoEdi8MFiN_d7ucGiogM92fyIwXZQ2kPQSybkJ-KqPvx7VTTSoqRyKv_0j6NQl1Jt/s1600/tbm_serpong_270_206.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 153px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirxQG7ZFVJRnhPbJ5ZKCmgSiIY7f8TlYsSurDo1GTrd-j_rmJcLyUn5xctzHRR8uyfhIicpoglImiBoEdi8MFiN_d7ucGiogM92fyIwXZQ2kPQSybkJ-KqPvx7VTTSoqRyKv_0j6NQl1Jt/s200/tbm_serpong_270_206.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5481352276999520130" border="0" /></a><br />Serpong, SN – Pemerhati pendidikan Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Hj. Airin Rachmi Diany bertekad akan menghadikan Kota Tangsel sebagai salah satu kota yang paling maju dari segi pendidikan. Ini ditegaskan Airin saat meresmikan Taman Baca “Saung Pintar Airin” di Jalan Serpong, Kecamatan Serpong, Sabtu (6/2). Taman Baca ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya berdiri di Pondok Cabe Ilir, Pamulang.<br /><br />Menurut Airin, kehadiran taman baca merupakan langkah awal menuju pendidikan yang maju itu. Rencananya, taman baca itu akan didirikannya di setiap kecamatan di Tangsel. “Untuk tahap awal ini, saya targetkan satu kecamatan memiliki satu taman baca. Yang sekarang baru diresmikan ini merupakan yang kedua setelah di Pamulang,” ungkap Airin kepada Satelit News, Sabtu (6/2).<br /><br />Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ini berharap, taman baca yang disediakan tersebut bisa memacu motivasi warga sekitar, terutama pelajar dari tingkat SD-SMA untuk minat akan bacaa. Sebab, tempat itu, sejumlah koleksi buku pelajaran dan umum sudah disediakan pula.<br /><br />Melihat antusiasme warg yang berbondong-bonding ke tempat itu, Airin mengaku sangat senang melihatnya. Artinya, lanjut dia, kondisi tersebut turut memotivasi dirinya untuk berbuat lebih serrta mengadakan taman baca dalam jumlah yang banyak. Untuk itu, tegasnya, bagi warga yang memiliki komunitas taman baca yang terbilang vacum, bisa mengajak pihaknya untuk bekerjasama.<br /><br />Terkati taman baca tersebut, Airin mengaku jika pihaknya hanya mencoba membantu masyarakat yang berharap memiliki taman baca sendiri. “Ini murni punya masyarakat, kami hanya berusaha membantu saja. Kalau memang ada komunitas baca lain, silahkan bergabung dengan kami, tegasnya.<br /><br />Demi keamjuan pendidikan Kota Tangsel, Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Non Formal Indonesia (PNFI) Kota Tangsel Didi Sutisna juga berharap, dengan adanya taman baca seperti intu bisa terus dimanfaatkan warga dan melecutkan semangat mereka untuk mencintai buku. Sebab buku merupakan sumber segala ilmu pengetahuan<br /><br /><span style="font-style: italic;">sumber </span><a style="font-style: italic;" href="http://www.airinrachmidiany.net">www.airinrachmidiany.net</a>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-88854965381001994602010-06-08T06:59:00.000-07:002010-06-08T07:00:27.336-07:00Artikel<div class="detail"> Dalam pemilu kemarin, baik pemilihan legislatif (pileg) maupun pemilihan presidan (pilpres), masing-masing kontestan menjadikan pendidikan sebagai dagangan politik mereka dalam upaya meraup suara pemilih. Salah satu isu yang diangkat adalah perlunya mempermudah akses pendidikan bagi seluruh masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 11 ayat 1: yang berbunyi, “pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskrminasi”.<br /><br />Salah satu upaya mengatasi permasalahan diatas adalah melalui pendidikan kasetaraan, yaitu program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs , dan Paket C setara SMA/MA dalam upaya melayani peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung atau dalam posisi 'marginal' yang selalu terkungkung dalam kumparan kebodohan dan keterbelakangan, sehingga tidak bisa berperan aktif dalam menikmati proses pembangunan masyarakat.<br /><br />Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa “ jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Artinya disini, ke tiga jalur pendidikan diakui keberadaannya oleh pemerintah, dengan demikian penyelenggaraan pendidikan kesetaraan ini pun telah memiliki hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijasah SD/MI, SMP/Mts dan SMA/MA untuk mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk melamar pekerjaan pada instansi pemerintah maupun swasta.<br /><br />Sayangnya keberadaan pendidikan kesetaraan ini masih dipandang sebelah mata oleh “khalayak ramai”, penghargaan yang diberikan pemerintah kepada para Tutor dan penyelenggara program masih jauh panggang dari api. Kalau di pendidikan formal telah dikucurkan dana BOS/BOPDA maupun program sertifikasi bagi guru, maka pada pendidikan kesetaraan yang merupakan bagian dari pendidikan nonformal, kucuran dana penyelenggaraan dan dana insentif bagi Tutor jumlahnya masih dibawah upah minimum, itupun tidak semua Tutor mendapatkannya. Begitu juga dengan bantuan sarana prasarana sebagai pendukung proses belajar mengajar masih sangat terbatas (untuk tidak mengatakan tidak ada sama sekali).<br /><br />Padahal keberadaan pendidikan kesetaraan ini sangat terasakan manfaatnya bagi siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN) bisa langsung mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK), termasuk bagi anggota TNI dan calon legislatif yang ingin menyesuaikan jenjang jabatan dan kepangkatannya dengan“mencari” ijasah kesetaraan. Artinya, fenomena seperti ini harus diterima sebagai tantangan untuk memperbaiki citra dan menjadi pemacu bagi Tutor pendidikan nonformal untuk menjadikan program kesetaraan ini memiliki daya tarik sebagai pengganti jalur persekolahan.<br /><br />Dalam kampanye pemilihan presiden kemarin, masalah kualitas pendidikan juga dijadikan sebagai salah satu bahan kampanye yang me-nina bobok-kan para pemangku pendidikan seperti janji memperbaiki nasib pendidik dan tenaga kependidikan, sekolah gratis, rehabilitasi gedung sekolah, menambah sarana prasarana pendidikan dan tentunya mengevaluasi model ujian nasional yang senyatanya mencoreng dunia pendidikan karena ada sekitar 33 sekolah yang siswanya 100% tidak lulus ujian nasional dengan alasan “human error” .<br /><br />Sekarang kampanye menebar janji untuk menjaring suara rakyat telah berlalu, “pemerintahan baru” pun telah terpilih melalui pemilihan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Rakyat kini tinggal menunggu realisasi janji yang pernah ditebar. Begitu pula dunia pendidikan pasca pemilu, walau sedikit ragu, tetap menunggu janji perbaikan mutu pendidikan namun tetap terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.<br /><br />Ke depan, banyak kalangan berharap Menteri Pendidikan Nasional harus memiliki kepakaran yang penuh yang berorientasi untuk kepentingan Negara, bangsa dan rakyat. Seorang calon menteri juga harus merupakan figure dengan aras moral tinggi, jujur dan tidak berurusan dengan masalah korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Andi Sulistiyono, guru besar hokum dari Universitas Sebelasa Maret (UNS) Surakarta (Kompas, 24/8).<br /><br />Akhirnya, segenap insan pendidikan nonformal, dengan penuh optimis menyongsong hadirnya tatanan baru sistem pendidikan yang semakin memberdayakan dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan tetap berorientasi kepada dunia usaha dan dunia industri yang terus berpacu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era kesejagatan (globalisasi). Semoga* <br /> (Edi Basuki) </div> <div class="blank"> </div> <div class="data"> <div class="left"> <span class="subnews">Sumber:</span> Edi basuki (BP-PNFI Reg. IV Surabaya) </div> <div class="right"> <a href="http://www.jugaguru.com/article/rating/1017/"><img src="http://www.jugaguru.com/template/default/images/2-star.gif" alt="Fair" title="Fair" border="0" /></a> </div> <div class="none"> </div> </div>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8848408967658453377.post-18071883776200504802010-06-08T06:14:00.000-07:002010-06-08T06:16:52.670-07:00Profil PTK- PNF<div class="subtitle"> Visi, Misi, dan Tujuan </div> <p><strong>Visi</strong><br />Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal yang Profesional dan Bermartabat </p><p><strong>Misi</strong></p><ol><li>Memperluas akses dan pemerataan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal</li><li>Meningkatkan daya saing pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan nonformal;</li><li>Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang relevan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat</li><li>Mewujudkan institusi yang bersih, efektif, dan akuntabel dalam menyelenggarakan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal.</li><li>Mewujudkan penghargaan, kesejahteraan, dan perlindungan bagi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal<br /></li></ol><p><strong>Tujuan<br /></strong>Mengacu kepada rumusan visi dan misi di atas, maka ditetapkan tujuan sebagai berikut:</p><ol><li>Menyusun perencanaan dan strategi pemenuhan kebutuhan PTK-PNF secara terpadu.</li><li>Meningkatkan mutu pendidik PNF dalam rangka pencapaian standar kualifikasi dan kompetensi yang telah ditetapkan.</li><li>Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PNF dalam rangka pencapaian standar kualifikasi dan kompetensi yang telah ditetapkan.</li><li>Meningkatkan pemberian penghargaan, kesejahteraan dan perlindungan PTK-PNF yang berkeadilan.</li><li>Mengembangkan organisasi profesi PTK – PNF sehingga dapat mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas PTK-PNF.</li><li>Meningkatkan pelayanan PTK-PNF yang efektif dan efisien.</li></ol>Ruswadihttp://www.blogger.com/profile/08012912982042535941noreply@blogger.com0