Sebuah jalan untuk mandiri

Posted by Ruswadi on 07.13

“Apakah Anda siap untuk mandiri?" ika pertanyaan itu Anda lontarkan kepada siswa SMA ataupun mahasiswa perguruan tinggi yang baru saja lulus, sebagian besar dari mereka akan menjawab tidak. Lulusan SMA dan perguruan tinggi umumnya memilih bekerja untuk orang lain alias menjadi karyawan. Mereka tidak dididik untuk mandiri membuka usaha sendiri atau menciptakan lapangan pekerjaan. DI saat krisis moneter tahun 1997 menghempas perekonomian Indonesia, ternyata kerja-kerja sektor informal ataupun pekerjaan yang berbasis keterampilan tidak ikut terpuruk. Ketika usaha bermodal besar berjatuhan, usaha-usaha bermodal kecil ini justru hidup. Indonesia bisa bertahan hidup dari sektor usaha kecil menengah (UKM) ini.

Orang pun menyerbu kursus-kursus praktis yang memberikan keterampilan kerja siap pakai, yang siap dijadikan sebagai modal kerja mandiri. "Ada lulusan IPB yang kebingungan mencari pekerjaan. Dia lalu ikut kursus menjahit selama tiga bulan. Sekarang dia sudah setengah konglomerat dari usaha menjahit," kata Direktur Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Departemen Pendidikan Nasional Ekodjatmiko Sukarso. Animo masyarakat terhadap pendidikan nonformal ini tidak bisa dibilang kecil. Sekarang ini di Indonesia tercatat ada 22.510 lembaga kursus dan pelatihan. Sementara itu, jumlah seluruh perguruan tinggi (PT) di Indonesia hanya sekitar 3.000. Sayangnya, tidak semua orang memiliki dana cukup untuk mengikuti kursus-kursus yang memberikan keterampilan khusus tersebut.

Oleh karena itu, sejak tahun 1998 Direktorat Pendidikan Masyarakat mulai merintis pembentukan wadah kegiatan belajar yang diberi nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menyediakan pendidikan formal dan nonformal secara gratis bagi warga masyarakat kurang mampu. Masyarakat dapat memilih kegiatan berdasarkan dengan kebutuhan dan masalahnya. Kegiatan PKBM terbagi dalam tujuh jenis, yakni: pendidikan, di mana warga dapat mempelajari berbagai hal melalui berbagai sumber, seperti guru, pelatih, narasumber teknis, kursuskursus pelatihan, tetangga, teman, maupun dari tetangga desa melalui observasi atau kunjungan. Keterampilan kerja, di mana warga dapat meningkatkan kemampuan kerja mereka melalui pembelajaran dari tokoh masyarakat, narasumber teknis, berbagai media pendidikan, dan melalui kerja nyata di masyarakat. Kegiatan seperti ini memungkinkan warga meningkatkan tingkat pendapatannya yang sekaligus mendorong perbaikan terhadap landasan ekonomi masyarakat.

Layanan informasi, di mana warga masyarakat dapat mengikuti kegiatan belajar sepanjang hayat kapan pun mereka inginkan. Kegiatan-kegiatan ini dapat meliputi membaca buku dati taman bacaan masyarakat (TBM), mengunjungi pameran, membaca majalah dinding, mendengarkan program radio, menyaksikan program televisi, atau mencari informasi dari Internet. Rekreasi, di mana warga dapat mengikuti beragam kegiatan permainan untuk meningkatkan daya pikir dan kesehatan badannya.

Kegiatan ini meliputi latihan fisik, kompetisi olahraga, menari, menyanyi, drama, melukis, dan merangkai bunga. Semuanya di samping bertujuan menjalin kesatuan di antara warga masyarakat, juga dengan masyarakat tetangga. Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap pendidikan sepanjang hayat secara berkelanjutan melalui pemanfaatan pengetahuan yang telah ada di masyarakat dan sekaligus membuka kesempatan bagi setiap orang untuk menggagas, membuat keputusan, dan bertindak menuju tujuan akhir: pemberdayaan masyarakat. (sumber: Harian Kompas)